Interview: Harold Donnel Bicara Soal Pasar 2024, Produk, Fungsionalitas dan Safety Suzuki

Suzuki menghadapi 2024 dengan tetap menekankan image value for money dari produk dan layanan yang disajikan.

Harold Donnel

JAKARTA, Carvaganza - Industri otomotif Tanah Air pada 2024 tentunya sangat menarik. Pabrikan perlu berupaya lebih keras untuk menghadapi pasar yang semakin kompetitif. Salah satunya Suzuki yang merupakan pemain lama di dunia otomotif Indonesia. Kami pun berkesempatan berbincang-bincang dengan 4W Marketing Director PT Suzuki Indomobil Sales (SIS), Harold Donnel untuk mengetahui strategi dan pandangan Suzuki.

Akan ada beberapa bagian kami sajikan untuk rangkaian wawancara eksklusif ini. Yang pertama, kami bicara sekitar produk dan segala keunggulannya.

Melihat pasar otomotif Tanah Air pada 2024, bagaimana Suzuki memandangnya?

Sebenarnya untuk pasar 2024 akan menjadi testing kedua dari sudut pandang Suzuki bagi industri otomotif Indonesia pasca Covid. Banyak yang bicara performa pada 2023 turun dibanding 2022. Di mana capaiannya 990 ribu sekian unit dibanding 1 juta. Tapi bila dilihat, bukan masalah penurunannya. Pada 2023 untuk pertama kalinya market otomotif Indonesia bergerak independen pasca Covid.

Bila melihat 2021 dan 2022, kita kan dapat banyak insentif dari pemerintah. Nah pada 2023 ini sudah tidak mendapat insentif terutama yang ICE (internal combustion engine), kecuali LCGC. Jadi ini seperti sebelum Covid. Kalau Suzuki sudut pandangnya, masih sejalan dengan sudut pandang Gaikindo. Market akan naik ke angka 1 juta sekian daripada unit retail sales pada 2024.

Suzuki XL7 Hybrid Test Drive

Apa dasar Suzuki meyakini kenaikan pasar pada 2024?

Pada 2023 kemarin, terdapat beberapa isu terkait pembiayaan. Pada 2022, pemerintah memberikan insentif sehingga harga menjadi lebih kompetitif dan terjangkau. Ini memancing segmen-segmen pasar yang mungkin belum siap untuk memiliki kendaraan roda empat. Kemudian terjadilah non-performing loan atau kredit macet.

Namanya lembaga pembiayaan mereka harus memperbaiki performa tersebut dan butuh waktu. Mungkin sekitar 8 bulan atau 1 tahun misalnya untuk memperbaiki kinerja keuangannya. Nah, dengan adanya non-performing loan tersebut, maka si lembaga pembiayaan harus menaikkan suku bunga. Itu salah satu yang membuat di tahun 2023 tidak sampai 1 juta unit. Kami yakin karena pada 2023 mereka (pembiayaan) sudah melakukan bersih-bersih, kami yakin pada 2024 lembaga pembiayaan akan jauh lebih agresif.

Baca Juga: Penerus Lotus Emira Akan Jadi Sportscar Listrik, Debut Tahun Depan

Selain lembaga finansial, adalah kebijakan pemerintah terkait pembenahan infrastruktur. Pembenahan ini tanpa keberpihakan ke salah satu, salah dua atau salah tiga. Pastinya tiap calon memiliki stepping stone-nya sendiri-sendiri. Ada yang memiliki sudut pandang infrastruktur yang diperbaiki untuk elektrifikasi. Ada yang memiliki sudut pandang perbaikan infrastruktur setengah elektrifikasi dan setengah non-elektrifikasi. Ada yang, memiliki sudut pandang memperbaiki infrastruktur untuk angkutan umum. Istilahnya seperti itu. Itu nantinya memiliki faktor. Jadi kebijakan pemerintah itu akan memainkan peranan penting.

Keempat adalah suku bunga BI (Bank Indonesia) yang bersifat ke makro. Kalau lembaga pembiayaan tadi kan bersifat mikro. Ini tentunya juga berpengaruh kepada industri kita.

Lantas bagaimana strategi Suzuki pada 2024?

Kalau kami melihatnya dalam sudut pandang yang lebih komprehensif. Untuk bisa memenangkan kompetisi pasar, kami yakin bukan hanya satu atau dua instrumen saja yang diperlukan. Kuncinya pertama adalah kami percaya bahwa industri otomotif itu, masih mayoritas adalah product driver. Kami melihat kekuatan dari produk itu menentukan seberapa besar mengambil market yang ada.

Kami sadar di tahun 2024 sudah begitu banyak pilihan buat konsumen, baik itu existing brand ataupun brand yang akan baru muncul. Nah kami yakin bahwa Suzuki ini bermain di pangsa pasarnya sendiri yang totally different dengan teman-teman yang lain, di mana mengambil pangsa pasar yang early adopter.

Kalau kami itu di sisi major buyer. Jadi sudah dalam komposisi pembeli, atau calon pembeli yang ketika mau membeli itu sudah benar-benar memilah saya mau kendaraan seperti apa. Jadi produk kami, kami yakin dengan existing dan upcoming pada 2024 itu bisa menyasar sudut pandang-sudut pandang para major buyer itu.

Suzuki New Carry

Terus yang kedua dari sudut pandang lembaga pembiayaan. Kami terus dengan secara intensifikasi dan ekstensifikasi menggenjot kerjasama dengan lembaga-lembaga pembiayaan. Semuanya benar-benar kami koordinasikan sehingga bisa menciptakan lembaga pembiayaan yang supporting dan juga kondusif buat marketnya Suzuki.

Pastinya marketnya Suzuki itu punya karakteristiknya sendiri-sendiri. Di berbagai macam wilayah. Ada wilayah yang suka DP rendah, ada wilayah yang sukanya installment yang rendah. Itu combining lah istilahnya. Nah kami sudah memetakan sedari awal wilayah mana yang kebutuhannya sebelah kiri, wilayah mana yang kebutuhannya sebelah kanan.

Yang ketiga dari sudut pandang networking. Kami akan menambah cukup banyak networking di tahun 2024 nanti. Dengan jaringan dealership-dealership, berarti kami sudah bisa semakin menjangkau market-market yang selama ini mungkin belum terjangkau. Mudah-mudahan bisa over daripada 300 dealer di tahun 2024.

Keempat itu adalah strategi marketing. Bagaimana kami bisa win our customer heart dan top of mind. Supaya kami bisa tetap ada di benak konsumen ketika mereka mau memilih sebuah kendaraan.

Konsumen seperti apa yang disasar Suzuki?

Dalam sudut pandang Suzuki itu kami memilah konsumen itu ada tiga jenis. Ada tradisional, modern dan progresif. Tradisional itu adalah karakter konsumen yang "serving my family as my first priority". Dia bekerja untuk menghidupi keluarganya, tapi bukan berarti berkekurangan. Memang ini sudut pandangnya family man matters. Kalau yang progresif itu lebih kepada karakter yang sudah serving utamanya, kemudian ingin mencari jati diri lain di luar sana. Sementara modern itu berada di tengah-tengahnya. Jadi setengah menghidup keluarga sambil mencari eksistensi keluar.

Media test drive Suzuki Ertiga hybrid

Kami banyak menyasar segmen major yang kedua. Definisinya ketika konsumen memilih kendaraan terutama Suzuki, mereka punya sudut pandang kendaraan itu sebagai fungsional. Sambil tetap ingin terlihat.

Sebenernya range konsumennya kalau dibilang cukup luas. Opsi daripada kendaraan kami kan cukup beragam. Buat para millennial misalnya kayak begitu mereka bisa pilih Espresso atau Baleno. Bahkan mereka juga bisa memilih Grand Vitara, kalau seandainya memiliki purchase power.

Baca Juga: Ini Daftar Mobil Baru Yang Meluncur di IIMS 2024

Untuk para non-milenial yang sudah lebih berumur. Mungkin mereka bisa beli XL7 yang lebih modern atau Ertiga yang lebih konservatif. Atau Jimny, walau memang model ini masuk progresifnya karena memang diarahkannya sebagai hobi. Itu memang sebuah kesukaan istilahnya.

Lantas segmen kendaraan roda empat apa yang menjadi fokus Suzuki?

Memang Suzuki agak sedikit berbeda dengan teman-teman lain. Selain dari pada mass market, LMPV dan SUV yang ada; kami juga punya ceruk market di komersial. Kami di sektor itu masih sangat kuat dengan Carry sebagai market leader.

Habis itu setelah komersial baru kami masuk ke MPV dan SUV. Kita tahu pergerakan pasar saat ini SUV semakin dominan. Kalau 5 atau 7 tahun lalu MPV masih nomor satu kontribusinya, sekarang SUV. Persentasenya SUV 26 persen dan MPV cuma 15 persen. Makanya salah satu pesan dari Presiden Direktur kami sampai pada 2025 kami akan menelurkan kurang lebih 5 atau 7 produk SUV yang dibenamkan di market Indonesia.

Ya, berarti kami konsentrasikan ke situ sampai 2025 nanti. XL7 di tahun kemarin kami bikin pembaruan dengan (mild) hybrid. Habis itu kita juga merilis Grand Vitara. Di IIMS besok juga nanti mudah-mudahan. Istilahnya kayak gitu. Dan upcoming-upcoming produk yang sudah pandangnya SUV. Plus juga kemarin kami ada pembaruan di Espresso. Itu juga salah satu. Walaupun segmennya city car, tapi SUV style.

SUV ini lagi jadi LMPV di 20 tahun yang lalu. Secara desain ia dianggap oleh market kastanya lebih tinggi daripada MPV. Terus yang kedua komposisi lebih mumpuni secara fungsionalitas. Di sisi lain adalah semakin menjamurnya SUV yang memiliki 3 baris., sehingga mendongkrak SUV itu bisa jadi lebih bagus performanya.

Bisa dikatakan Suzuki memiliki produk paling minim perangkat safety pengguna sensor atau ADAS (Advanced Driving Assistance System). Sementara banyak pabrikan bermain dengannya. Apa pandangan Suzuki terkait hal ini?

Harold Donnel

Kami melihat bahwa industri otomotif itu tidak hanya menawarkan teknologi untuk mengantarkan orang dari titik A ke titik B. Tapi juga memastikan bahwa mereka aman dari titik A ke titik B. Dan kami dari Suzuki memang melihat setiap teknologi yang ingin kami luncurkan ke masyarakat itu harus layak.

Harus value for money. Ya mereka bayar 100, mereka dapat 100. Bukan mereka beli bayar 100 tapi dapatnya 80. Istilahnya kayak gitu. Jadi kami memang prinsip dasarnya adalah value for money tersebut. Kami melihat dari esensial yang akan dimiliki dan dirasakan oleh konsumen itu seperti apa.

Itulah mengapa Suzuki selalu mengedepankan teknologi-teknologi safety yang mungkin kelihatan dari market banyaknya yang reaktif. Kalau yang preventif kan nggak terlalu banyak. Sebagai contoh Baleno, Grand Vitara. Itu kami sudah starting tidak hanya menampilkan 2 airbag tapi sudah lebih. Sifatnya reaktif.

Walau begitu, preventif pun kami pilihkan yang benar-benar esensial. Misalnya Hill Hold Control untuk tanjakan. Istilahnya kayak gitu. Itu esensial menurut kami karena kontur jalanan Indonesia naik turun. Atau TECT body, crumple zone dan segala macam.

Bagi teknologi-teknologi yang menurut kami terpakai 1 atau 2 kali dalam seminggu. Untuk mendapatkan skala ekonomis value for money mungkin tak menjadi opsi pertama. Karena untuk mendapatkan skala ekonomis terdapat banyak faktor. Tidak mungkin sebuah mobil akan superior di semuanya. Kalau superior di semuanya, mobil bisa sangat mahal.

Kami Suzuki ingin sustainable. Datang ke market Indonesia bukan untuk 1, 2, 10 atau 20 tahun. Kami sudah berada di pasar Tanah Air lebih dari 50 tahun. Kami menghargai sustainable tersebut dengan memberikan yang terbaik bagi konsumen. Tentunya Suzuki akan terus meriset, bila konsumen membutuhkan kami pasti akan melakukan itu (penguatan fitur).

Baca Juga: Astra Financial Dukung GIICOMVEC 2024 Tawarkan Promo Menarik

Sebagai contoh salah satu hal yang paling simple adalah ban cadangan. Sudut pandang kami esensial kalau seandainya terjadi sesuatu. Itu hal-hal yang mungkin sedikit terlupakan sama konsumen, tapi kami masih melihat itu sebagai hal yang sangat-sangat inti. Ini sebenarnya selaras dengan konsumen kami. Di mana mereka spending atau membeli sebuah kendaraan Suzuki, sudah tahu reaktifnya begini, preventifnya begini dan itu sudah cukup bagi mereka.

Kami pun pasti mengedukasi tidak hanya dari jajaran penjualan, tapi juga dari berbagai macam materi promosi yang kami miliki. Memang kami sebutkan fitur-fitur keselamatan dan kenyamanan konsumen itu seperti apa di masing-masing brosur atau di pengetahuan jajaran penjualan.

Suzuki Baleno Facelift

Akankah Suzuki menyematkan teknologi safety preventif lebih banyak?

Kami bukan berarti tidak mau memberikan fitur safety preventif, tapi lebih mengutamakan esensial. Kalau preventif itu bisa jadi esensial kenapa tidak, karena balik lagi nanti terkait economic of scale. Tinggal nanti ketika disematkan pasti ada ekstraksi harga.

Saat ini market Suzuki yang tadi, mereka masih merasa cukup. Seandainya segmen progresif lebih suka dengan preventif, tidak apa. Tapi segmen modern dan tradisional ada yang menilai perlu ada yang tidak.

Memang hal tersebut dapat mengedukasi konsumen menjadi lebih pintar. Bahwa industri otomotif itu bergerak maju, tidak terhenti di lingkungan itu saja. Kami pun sangat mengapresiasi bagi teman-teman lain yang mulai memasukkan fitur preventif.

Bagaimana kinerja dan proyeksi kegiatan ekspor Suzuki pada 2024?

Bicara ekspor tentunya kami masih akan terus mengekspansi. Sebagaimana yang kami lakukan sepanjang 2023 kemarin, apalagi memang secara basis produksinya masih sangat mumpuni mendukung hal tersebut. Utamanya ada di produk-produk CKD seperti Carry, XL-7, Ertiga dan beberapa produk yang memang kami khususnya untuk produk ekspor.

Jadi kami masih akan tetap bertumbuh, apalagi aktivitas ini terus digenjot oleh pemerintah. Adapun negara ekspor 91 negara. Tidak hanya mengirimkan unit, tapi juga suku cadang saja. Tentunya kami akan terus berusaha menambahnya.
(MUHAMMAD HAFID / WH)

Baca Juga: Suzuki Sudah Buka Pemesanan Jimny 5 Pintu, Tanda Segera Diluncurkan

Featured Articles

Read All

Artikel yang mungkin menarik untuk Anda

Mobil Suzuki Pilihan

  • Upcoming

Updates

Artikel lainnya

New cars

Artikel lainnya

Drives

Artikel lainnya

Review

Artikel lainnya

Video

Artikel lainnya

Hot Topics

Artikel lainnya

Interview

Artikel lainnya

Modification

Artikel lainnya

Features

Artikel lainnya

Community

Artikel lainnya

Gear Up

Artikel lainnya

Artikel Mobil dari Oto

  • Berita
  • Artikel Feature
  • Road Test

Artikel Mobil dari Zigwheels

  • Motovaganza
  • Review
  • Artikel Feature