Jauh Sebelum Debat Capres, Toyota Indonesia Sudah Produksi Mesin Bio-Fuel
JAKARTA, 20 Februari 2019 – Persoalan bio-diesel di Indonesia sedang menjadi sorotan motoring journalist, terutama gara-gara Calon Presiden Joko Widodo dalam Debat Capres II, Minggu (17/2/2019) lalu menyinggung soal bio-diesel B20, B30 sampai B100.
Carvaganza sudah menjelaskan persoalan ini pada tulisan sebelumnya dengan menghadirkan seorang ahli dari ITB untuk berbicara tentang pemakaian bahan bakar nabati (bio-fuel). B20 adalah jenis bahan bakar solar di mana kandungan petro-diesel (minyak solar) adalah 80 persen, sedangkan minyak sawitnya adalah 20 persen, B30 kandungannya 70:30 sedangkan B100 adalah mesin dengan bahan bakar murni dari sawit.
Indonesia sendiri pada saat ini sudah pada tahap B20, sedangkan B30 masih dalam tahap pengkajian yang melibatkan produsen mobil dengan penyedia bahan bakar di Indonesia yakni Pertamina.
Sebetulnya, jauh sebelum bahan bakar diesel B20 itu disinggung oleh Capres Joko Widodo, pabrikan Toyota Indonesia melalui Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) sudah memproduksi mesin khusus untuk bahan bakar nabati di pabriknya di Karawang, Jawa Barat. Mesin ini diekspor ke negara-negara di Amerika Latin seperti Argentina dan Brasil sejak tahun 2011.
Mesin yang dibuat itu adalah mesin bensin yang kompatibel dengan bio-fuel ethanol dari tebu.
Bob Azam, Direktur Administrasi, Korporasi dan Hubungan Eksternal PT TMMINMesin ethanol yang diproduksi oleh TMMIN sudah berkategori E85 dan E100. Artinya, E85 memiliki campuran bahan bakar 85 persen ethanol dan 15 persen bensin, sedangkan E100 adalah mesin yang bahan bakar seluruhnya adalah ethanol murni 100 persen. Kode mesin ethanol Toyota adalah 2TR-E100 untuk mobil Toyota Hilux dan Fortuner, sedangkan mesin ethanol untuk sedan Toyota Vios dan hatchback Toyota Yaris berkode 2NR-E85 dan diekspor ke Thailand. Jumlah ekspor mesin ethanol Toyota ke Amerika Latin dan Asia pada tahun 2018 sebanyak 10.700 unit.
Bob Azzam, Direktur Administrasi, Korporasi dan Hubungan Eksternal PT TMMIN, kepada Carvaganza mengatakan bahwa bio-fuel pada prinsipnya adalah pembuatan bahan bakar dengan menggunakan bahan-bahan nabati (bio) yang ada di negara masing-masing. “Seperti Brasil, karena keunggulan nabati lokalnya adalah tebu maka mereka ambil bahannya dari tebu. Namun bisa juga dari jagung, cassava dan lain-lain,” ujar Bob.
Untuk diketahui bahwa dari tahun 2006 sampai saat ini, Brasil adalah produsen ethanol terbesar kedua di dunia setelah AS.
Merujuk soal aturan pemakaian bio-diesel di Indonesia, Bob Azzam mengatakan bahwa Indonesia sekarang ini sudah dalam era B20 dan akan memasuki era B30, yang sekarang masih dalam tahap kajian. Ia juga mengakui bahwa pemerintah Indonesia sudah merencanakan B100, yang artinya bahan bakar yang dipakai adalah murni minyak nabati dari sawit.
“Tapi harus diingat bahwa proses yang dibutuhkan untuk membuat bahan bakar B100 tidak mudah. Semakin tinggi kandungan bio-nya maka teknologi yang dibutuhkan juga semakin canggih, rumit dan mahal. Teknologi mesin yang dibuat agar kompatibel dengan kategori itu juga semakin canggih dan berbiaya tinggi. Nah untuk sementara ini yang ekonomis masih B20, sedangkan B30 masih dalam kajian,” kata Bob.
Bob mengatakan bahwa pemerintah tidak bisa serta merta menerapkan aturan B30, B40 atau bahkan B100 tanpa duduk bersama dengan industri karena setiap langkah gerak industri manufaktur mobil berdasarkan perkembangan yang ada di konsumen.
“Mesin-mesin yang dipakai oleh mobil diesel Toyota sudah kompatibel dengan aturan B20 karena kami pada tahun 2015 lalu sudah melakukan trial sampai 100.000 km bekerjasama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan Pertamina. Mobil yang dipakai adalah Toyota Fortuner.”
Penelitian serupa juga dilakukan dengan Japan Automobile Manufacturers Association (JAMA) di tahun yang sama mengenai B20 dan riset itu dilakukan khusus untuk pasar Indonesia. Bob menegaskan bahwa industri mobil sendiri sudah siap untuk memproduksi mesin B30, B40 atau bahkan B100 namun harus dipertimbangkan payung hukumnya, kajian-kajiannya dan perkembangan di konsumen.
EKA ZULKARNAIN
Carvaganza sudah menjelaskan persoalan ini pada tulisan sebelumnya dengan menghadirkan seorang ahli dari ITB untuk berbicara tentang pemakaian bahan bakar nabati (bio-fuel). B20 adalah jenis bahan bakar solar di mana kandungan petro-diesel (minyak solar) adalah 80 persen, sedangkan minyak sawitnya adalah 20 persen, B30 kandungannya 70:30 sedangkan B100 adalah mesin dengan bahan bakar murni dari sawit.
Indonesia sendiri pada saat ini sudah pada tahap B20, sedangkan B30 masih dalam tahap pengkajian yang melibatkan produsen mobil dengan penyedia bahan bakar di Indonesia yakni Pertamina.
Sebetulnya, jauh sebelum bahan bakar diesel B20 itu disinggung oleh Capres Joko Widodo, pabrikan Toyota Indonesia melalui Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) sudah memproduksi mesin khusus untuk bahan bakar nabati di pabriknya di Karawang, Jawa Barat. Mesin ini diekspor ke negara-negara di Amerika Latin seperti Argentina dan Brasil sejak tahun 2011.
Mesin yang dibuat itu adalah mesin bensin yang kompatibel dengan bio-fuel ethanol dari tebu.
Bob Azam, Direktur Administrasi, Korporasi dan Hubungan Eksternal PT TMMINMesin ethanol yang diproduksi oleh TMMIN sudah berkategori E85 dan E100. Artinya, E85 memiliki campuran bahan bakar 85 persen ethanol dan 15 persen bensin, sedangkan E100 adalah mesin yang bahan bakar seluruhnya adalah ethanol murni 100 persen. Kode mesin ethanol Toyota adalah 2TR-E100 untuk mobil Toyota Hilux dan Fortuner, sedangkan mesin ethanol untuk sedan Toyota Vios dan hatchback Toyota Yaris berkode 2NR-E85 dan diekspor ke Thailand. Jumlah ekspor mesin ethanol Toyota ke Amerika Latin dan Asia pada tahun 2018 sebanyak 10.700 unit.
Bob Azzam, Direktur Administrasi, Korporasi dan Hubungan Eksternal PT TMMIN, kepada Carvaganza mengatakan bahwa bio-fuel pada prinsipnya adalah pembuatan bahan bakar dengan menggunakan bahan-bahan nabati (bio) yang ada di negara masing-masing. “Seperti Brasil, karena keunggulan nabati lokalnya adalah tebu maka mereka ambil bahannya dari tebu. Namun bisa juga dari jagung, cassava dan lain-lain,” ujar Bob.
Untuk diketahui bahwa dari tahun 2006 sampai saat ini, Brasil adalah produsen ethanol terbesar kedua di dunia setelah AS.
Merujuk soal aturan pemakaian bio-diesel di Indonesia, Bob Azzam mengatakan bahwa Indonesia sekarang ini sudah dalam era B20 dan akan memasuki era B30, yang sekarang masih dalam tahap kajian. Ia juga mengakui bahwa pemerintah Indonesia sudah merencanakan B100, yang artinya bahan bakar yang dipakai adalah murni minyak nabati dari sawit.
“Tapi harus diingat bahwa proses yang dibutuhkan untuk membuat bahan bakar B100 tidak mudah. Semakin tinggi kandungan bio-nya maka teknologi yang dibutuhkan juga semakin canggih, rumit dan mahal. Teknologi mesin yang dibuat agar kompatibel dengan kategori itu juga semakin canggih dan berbiaya tinggi. Nah untuk sementara ini yang ekonomis masih B20, sedangkan B30 masih dalam kajian,” kata Bob.
Bob mengatakan bahwa pemerintah tidak bisa serta merta menerapkan aturan B30, B40 atau bahkan B100 tanpa duduk bersama dengan industri karena setiap langkah gerak industri manufaktur mobil berdasarkan perkembangan yang ada di konsumen.
“Mesin-mesin yang dipakai oleh mobil diesel Toyota sudah kompatibel dengan aturan B20 karena kami pada tahun 2015 lalu sudah melakukan trial sampai 100.000 km bekerjasama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan Pertamina. Mobil yang dipakai adalah Toyota Fortuner.”
Penelitian serupa juga dilakukan dengan Japan Automobile Manufacturers Association (JAMA) di tahun yang sama mengenai B20 dan riset itu dilakukan khusus untuk pasar Indonesia. Bob menegaskan bahwa industri mobil sendiri sudah siap untuk memproduksi mesin B30, B40 atau bahkan B100 namun harus dipertimbangkan payung hukumnya, kajian-kajiannya dan perkembangan di konsumen.
EKA ZULKARNAIN
Featured Articles
- Latest
- Popular
Artikel yang mungkin menarik untuk Anda
Mobil Pilihan
- Latest
- Upcoming
- Popular
Updates
New cars
Drives
Review
Video
Hot Topics
Interview
Modification
Features
Community
Gear Up
Artikel Mobil dari Oto
- Berita
- Artikel Feature
- Advisory Stories
- Road Test
Artikel Mobil dari Zigwheels
- Motovaganza
- Tips
- Review
- Artikel Feature