Insinyur Apple ini Tewas Akibat Salah Kaprah Soal Fitur Autopilot
CONTENTS
NEW YORK, Carvaganza.com - Ada alasan mengapa mengemudi sambil bermain ponsel itu dilarang. Mau secanggih apapun mobil, bahkan dengan sistem autopilot sekalipun, tidak menjamin keselamatan bila sang pilot tidak memantau keadaan. Seperti kecelakaan fatal Tesla Model X yang merenggut nyawa seorang insinyur Apple di Amerika Serikat pada Maret 2018 lalu. Konon ia tengah asyik bermain game saat menggunakan autopilot.
Kecelakaan ini sendiri terjadi sudah lama, dan baru-baru ini pemerintah setempat mengungkap berbagai probabilitas kejadian. Pada Maret 2018 sebuah Tesla Model X, dikemudikan oleh Walter Huang, menghantam pembatas antara dua jalur. Konon tangan Huang sama sekali tidak menyentuh kemudi selama enam detik sebelum celaka.
Insiden diawali dengan mengekor secara otonom di kecepatan 105 km/jam. Namun, setingan cruise control ditetapkan secepat 120 km/jam. Persis 5,9 detik sebelum celaka, Lane Keeping Assist System secara otomatis menggeser mobil ke kiri dan meluncurkan ke arah pembatas jalan. Sang pengemudi sama sekali tidak menghiraukan atau menyentuh setir. Melaju lah Model X ini ke kiri hingga mobil depan tidak lagi terdeteksi di 3,9 detik sebelum hantaman. Lantas ia terus berakselerasi menuruti setingan cruise control.
Entah apa penyebabnya, tapi sistem preventif tidak membaca rintangan di hadapan. Dalam keterangannya Selasa (25/2/20) kemarin NTSB (National Traffic Safety Board) bahwa Forward Collision Warning mengatakan tidak memperingatkan pengemudi. Active Emergency Braking juga tidak diketahui batang hidungnya. Satu permasalahan utama juga pada pengemudi, ia gagal menghindari insiden baik itu mengerem ataupun membanting setir. Dan celaka tak terelakkan.
Tesla Model X
Main Game
Dicatatkan oleh NTSB kalau Walter Huang adalah seorang gamer sekaligus game developer. Ditemukan pula sebuah game tengah aktif pada Smartphone milik Huang. Ini menjadi indikasi bahwa pengemudi tidak memberikan atensi ke jalan. Atas kejadian ini pimpinan NTSB, Robert Sumwalt berkomentar, ”Kecelakaan ini jelas menjadi bukti keterbatasan sistem asistensi pengemudi yang tersedia bagi konsumen saat ini.” Kemudian ia mengingatkan bahwa tidak ada kendaraan otonom sepenuhnya. Pengemudi tetap harus terlibat saat berkendara walau menggunakan fitur autonomous driving.Hanya Alat Bantu
Banyak faktor terlibat dalam insiden ini. Selain keterbatasan sistem Autopilot, pengemudi juga terlalu mengandalkan teknologi anyar. Ditambah lagi distraksi akibat penggunaan smartphone di jalan raya. Ini jelas dilarang. Namun NTSB menyatakan kalau Tesla kurang efektif dalam memonitor koneksi sopir dengan mobil, sehingga berkontribusi pada kecelakaan. Hal lain yang memperparah dampak celaka adalah infrastruktur jalan. California Highway Patrol tidak segera melaporkan bantalan peredam yang rusak akibat insiden sebelumnya di tempat yang sama. Ya, dapat disimpulkan kendaraan otonom bukanlah sebuah mobil yang dapat berjalan secara mandiri. Mungkin saat ini kita belum sampai di titik itu. Baru sebatas alat pembantu mengurangi stres kala berkendara. Jadi, tidak boleh memercayakan sepenuhnya nyawa penumpang kepada sistem. Kecelakaan yang menimpa Huang menambah pelajaran bagi kita. Berkendara di mobil otonom sambil bermain ponsel saja berbahaya, apalagi di mobil biasa. Sumber dan Foto: Carscoops Baca juga: Sistem Autopilot Tidak Menjamin Keselamatan, Tetap Perlu Antisipasi Pengemudi AHMAD KARIM | RAJU FEBRIANFeatured Articles
- Latest
- Popular
Artikel yang mungkin menarik untuk Anda
Mobil Pilihan
- Latest
- Upcoming
- Popular
Updates
New cars
Drives
Review
Video
Hot Topics
Interview
Modification
Features
Community
Gear Up
Artikel Mobil dari Oto
- Berita
- Artikel Feature
- Advisory Stories
- Road Test
Artikel Mobil dari Zigwheels
- Motovaganza
- Tips
- Review
- Artikel Feature